siang ini, suara suara di jalan sabang terdengar sedikit terlalu bising. lift yang hanya mampu mengangkut tiga orang juga harus mendongeng. ia bisa mati kapan saja, mungkin sulit untuk hidup kembali. di antara makan siang pun ada tangga rahasia yang jadi tempat tinggal kucing. jangan sentuh pegangannya, tak ada yang tahu siapa lagi yang pernah ke sana. mungkin sudah jadi perkampungan peri peri bakteri yang tak kelihatan. karena di pinggir jalan ada perempuan yang menutup hidungnya di depan seven eleven. agak kurang sopan menurutku karena tak ada bau. tapi aku tak bisa lagi mencium bau. dan di pinggir jalan pula ada laki-laki yang mengencingi pagar seng. sangat tidak sopan menurutku karena aku bisa melihatnya, walaupun bis bis dari garut yang bersiap siap menuju istiqlal parkir berderet deret di belakangnya. teman temannya tertawa melihat kami lewat, sementara di lantai dua saudagar kopi ada diskusi mengenai politik identitas. dadaku nyeri memuat sejarah yang sepotong-sepotong. memotong-motong hidup yang selalu berakhir. menit yang lalu sudah bisa dilupakan atau dijadikan kenangan. mengubur milyaran menit terdahulu yang ingin kugali dan rangkai sehingga menjadi sesuatu yang bisa kunamakan asal usulku. banyak yang tidak kumengerti, banyak yang kukira kumengerti. tapi perasaanku mengatakan hari ini bukan saatnya. apa pun itu sudah keburu terlindas kendaraan kendaraan yang lalu lalang. la la la lu la la lang. dan kita hidup bahagia selama kita bisa.