mimpi-mimpimu di dalam kepalaku berpendar-pendar seperti gelembung-gelembung sabun di bawah matahari sore. dan angin dari taman kecil di bawah jendela membawa tawamu yang harum dan beraneka warna ke setiap sudut ruang.
my writings and other illusions
dan di depan pintunya, ketika
angin mengusir siang dan mengundang gigil,
remah roti yang terakhir
j
a
t
u
h
.
mungkin ini semacam pertanda
~
pada suatu hari,
aku menemukannya di dekat sebuah air mancur
berdiri seperti markas penyihir berhias kembang gula
lalu menggodaku, “mari sini,
singgah barang sebentar.”
entah karena lelah,
atau terlalu terpesona,
atau memang cerdik,
aku cuma bisa diam
melihat puluhan hansel dan gretel
memesan anggur dan sepiring kue orang orangan jahe.
ah, alangkah bahagianya
ketika tahu tungku penyihir mendidih di kesunyian dapur
sementara gergasi, kurcaci dan tentara mainan selalu berkata
“nanti…”
karena cerita belum saatnya berakhir dan nenek sihir
belum boleh berkata jampi.
~
apakahrahasiaapakahbahagiaapakahpertanda
lebur jadi sunyi jadi
sorak sorai jadi
api jadi
mati
jadi
ja
di
j
a
d
i
—selesai 25 agustus 2008 (setelah setahun mendekam bersama debu, with a little help from MJ)
dalam mimpi aku bermimpi tentang masa depan. aku melihat jakarta diserang hujan lebat dan badai yang luar biasa. langitnya membiru, begitu legam. awannya tak lagi tembus pandang, menjelma raksasa penyebar takut. dan mereka membayangi sepasang pencakar langit berdinding kaca yang pada posisinya yang terancam justru memantulkan semesta biru di atas mereka. tak berdaya ikut menyiarkan kabar kelam kepada sekumpulan manusia, termasuk aku, yang gemetar di bawah mereka.
rambutku masai dikacau angin dan aku hampir kehilangan kuasa atas keseimbangan tubuhku. namun aku tetap pada tempatku berdiri. menatap langit dan awan yang segera menerkam gedung kembar yang rupanya sudah terlalu mirip opresor mereka. di tengah-tengah segala yang biru itu aku merasa seperti berada di dasar laut. mati tenggelam tetapi tetap mampu merasa pengapnya.
lalu dalam mimpiku aku bermimpi bahwa aku melesat ke dalam mobil keluargaku. ada ayahku, kakakku perempuan beserta suami dan anaknya laki-laki. kami sedang melaju menghindari angin.