hujan dan burung kertas

hujan turun lagi malam ini. asap yang keluar dari mulutku tak pergi jauh. mengerubungi kepala seperti burung-burung kertas. seorang laki-laki yang memakai baju perempuan memetik gitar di seberang jalan tapi suaranya tak sampai ke sini. motor dan mobil berkejaran di atas aspal yang mulai bolong-bolong. menciptakan bayang-bayang yang berkelebat di antara deretan ruko dan gerobak-gerobak penjual buah di pinggir jalan. di sini, di bawah lampu jalan dan papan iklan, kesedihan tak sempat lagi ditangisi. seorang laki-laki yang memakai baju perempuan menyalakan rokoknya. ini segelas kopi hitam, kata sebuah suara entah dari kepala siapa. tak lama lagi, hujan dan burung kertas akan jadi abu yang berserakan di permukaan konblok.

 

 

dimuat di Selatan Musim Hujan 2015

Log #11

dalam mimpi aku bermimpi tentang masa depan. aku melihat jakarta diserang hujan lebat dan badai yang luar biasa. langitnya membiru, begitu legam. awannya tak lagi tembus pandang, menjelma raksasa penyebar takut. dan mereka membayangi sepasang pencakar langit berdinding kaca yang pada posisinya yang terancam justru memantulkan semesta biru di atas mereka. tak berdaya ikut menyiarkan kabar kelam kepada sekumpulan manusia, termasuk aku, yang gemetar di bawah mereka.

rambutku masai dikacau angin dan aku hampir kehilangan kuasa atas keseimbangan tubuhku. namun aku tetap pada tempatku berdiri. menatap langit dan awan yang segera menerkam gedung kembar yang rupanya sudah terlalu mirip opresor mereka. di tengah-tengah segala yang biru itu aku merasa seperti berada di dasar laut. mati tenggelam tetapi tetap mampu merasa pengapnya.

lalu dalam mimpiku aku bermimpi bahwa aku melesat ke dalam mobil keluargaku. ada ayahku, kakakku perempuan beserta suami dan anaknya laki-laki. kami sedang melaju menghindari angin.