#Log 35

aku berada di atas kapal perang amerika. aku bukan nakhodanya tetapi saat itu entah kenapa aku harus memegang kemudi. kami sedang mengemban misi penting, entah apa, dan harus sampai di tujuan sesegera mungkin. tetapi aku belum terlalu lancar mengemudikan kapal itu. aku hampir menabrakkan kapal ke sebuah dinding tebing yang menjulang tinggi di sebelah kanan kami. untung saja aku berhasil membanting haluan ke kiri tepat sebelum terlambat. kapal membelah permukaan laut lebih cepat dari seharusnya karena aku masih kewalahan mengoperasikan kapal tersebut dan aku bisa melihat kalau kami menerjang sekawanan penyu purba yang sedang berenang. sepertinya mereka tidak apa-apa. walau aku sedikit curiga mereka sebenarnya sedang mencoba menyerang kami. tapi tidak ada waktu untuk menduga-duga. 

kami bergabung dengan keramaian yang mendaki sebuah jalan menuju tebing-tebing batu raksasa yang bundar-bundar. aku melihat banyak orang berdiri berhimpit-himpitan di setiap tonjolan tebing. seperti kambing-kambing gunung. tebing ini tinggi sekali dan kami berada hampir di atasnya. jauh di bawah sana aku melihat masih banyak sekali yang berdiri di tonjolan-tonjolan tebing. dan ternyata di salah satu tonjolan itu sedang ada perlombaan menjatuhkan entah apa. sepertinya siapa yang paling banyak menjatuhkan apa pun itu akan jadi pemenang. semua orang bersorak-sorak dan melompat-lompat seakan-akan yakin mereka tidak akan terpeleset lalu jatuh ke dasar jurang yang entah di mana. aku pusing, gabungan klaustrofobia dan akrofobia. aku membalikkan badan dan mencoba naik ke tonjolan yang lebih tinggi. aku sebenarnya berdiri di atas tonjolan yang sangat lapang, hampir seperti balkon yang luas, dan tempat yang ingin kupanjat tidak terlalu tinggi. tapi ketakutan melumpuhkan tangan dan kakiku sehingga aku hanya bisa menggapai-gapai lemas, tak bisa meraih apa-apa dan rasanya seperti sebentar lagi aku akan terperosok ke dalam jurang yang dalam. aku merasa ada beberapa orang yang mulai menolongku dengan mendorong dari bawah tapi aku sudah terlalu panik dan mulai menangis berteriak-teriak.

#Log 34

I went to the dentist at my former university’s medical centre. I was told to eat particular foods and then come back after a few weeks to be x-rayed. I cycled home and decided to take the routes I used to take when I was still a student there. I cruised into and out of a neighborhood – the houses were small, one-storied, painted cream and looked very similar to each other. The roads were wide and quiet.

And I arrived at the business strip, which looked like little Hongkong. My dream self thought to herself that the place had changed so much since the last time she was there. In fact, it looked totally different.

I stepped into a toko kelontong that mostly sold storage boxes and containers. I just browsed lightly and went out. Outside, I saw a textile shop closing.

I rode my bike and went to a different spot of the strip. It was getting dark and the lights and billboard were lighting up. The colours and ambience seemed like something from Miyazaki’s “From Up on Poppy Hill”.

#Log 33

we were queuing on the tarmac to get on an airplane. the airplane we were about to get on was very exclusive, new in its type, huge and equipped with all the latest technology and comfort features. we couldn’t wait to get on it. it felt like a mix of emergency, the rush during the holidays and the excitement of trying something new. the skies were intimidating, dark blue and growling. and then it started to rain. we then saw something amazing. the thunders were getting really fierce and suddenly they burst into a series of explosions that looked like fireworks, albeit frightening ones.