muda

perempuan muda kesulitan tidur
perkara
kukunya
terlalu
panjang

sebuah hotel di seney, michigan
terbakar
saat
badai
besar

sebuah metro di st petersburg
meledak
terkena
bom

pagi
pagi
orang
orang
mati

teror di dalam layar
apa
yang
perlu
dibaca

hidup manusia tersimpan
di dalam
grup
grup
perbincangan

perempuan itu tak suka air
tapi
ia
ingin
berlayar

membawa semua kertas yang dimilikinya
membakarnya
menyebarkannya
ke permukaan lautan
berombak
setinggi
gedung

perempuan muda
apakah
ia
akan
kembali

 

terinspirasi oleh “Along with Youth” karya Ernest M. Hemingway

#Log 35

aku berada di atas kapal perang amerika. aku bukan nakhodanya tetapi saat itu entah kenapa aku harus memegang kemudi. kami sedang mengemban misi penting, entah apa, dan harus sampai di tujuan sesegera mungkin. tetapi aku belum terlalu lancar mengemudikan kapal itu. aku hampir menabrakkan kapal ke sebuah dinding tebing yang menjulang tinggi di sebelah kanan kami. untung saja aku berhasil membanting haluan ke kiri tepat sebelum terlambat. kapal membelah permukaan laut lebih cepat dari seharusnya karena aku masih kewalahan mengoperasikan kapal tersebut dan aku bisa melihat kalau kami menerjang sekawanan penyu purba yang sedang berenang. sepertinya mereka tidak apa-apa. walau aku sedikit curiga mereka sebenarnya sedang mencoba menyerang kami. tapi tidak ada waktu untuk menduga-duga. 

kami bergabung dengan keramaian yang mendaki sebuah jalan menuju tebing-tebing batu raksasa yang bundar-bundar. aku melihat banyak orang berdiri berhimpit-himpitan di setiap tonjolan tebing. seperti kambing-kambing gunung. tebing ini tinggi sekali dan kami berada hampir di atasnya. jauh di bawah sana aku melihat masih banyak sekali yang berdiri di tonjolan-tonjolan tebing. dan ternyata di salah satu tonjolan itu sedang ada perlombaan menjatuhkan entah apa. sepertinya siapa yang paling banyak menjatuhkan apa pun itu akan jadi pemenang. semua orang bersorak-sorak dan melompat-lompat seakan-akan yakin mereka tidak akan terpeleset lalu jatuh ke dasar jurang yang entah di mana. aku pusing, gabungan klaustrofobia dan akrofobia. aku membalikkan badan dan mencoba naik ke tonjolan yang lebih tinggi. aku sebenarnya berdiri di atas tonjolan yang sangat lapang, hampir seperti balkon yang luas, dan tempat yang ingin kupanjat tidak terlalu tinggi. tapi ketakutan melumpuhkan tangan dan kakiku sehingga aku hanya bisa menggapai-gapai lemas, tak bisa meraih apa-apa dan rasanya seperti sebentar lagi aku akan terperosok ke dalam jurang yang dalam. aku merasa ada beberapa orang yang mulai menolongku dengan mendorong dari bawah tapi aku sudah terlalu panik dan mulai menangis berteriak-teriak.

sakit gigi

mencoba mencari puisi di antara sakit gigi mungkin seperti menyelam tapi tidak mau basah. main-main dulu di pantai, mengumpulkan kerang, membangun istana pasir. lalu menyewa perahu layar ke tengah lautan dan memandangi air laut yang seperti agar-agar, mencoba menahan dorongan ingin terjun ke dalamnya. karena pasti fatal akibatnya kalau aku hanya tahu bagaimana terlihat menarik di dalam bikini kuning mustard, bukan pakaian selam. terombang-ambing dalam kesendirian seperti ini saja sudah cukup cantik. aku tidak perlu lagi kesunyian yang lebih dalam dan koral-koral menawan di bawah sana. ah ya, lain kali aku akan menyewa kapal selam saja. siapa bilang menyelam harus basah. lagipula puisi tidak pernah ada di balik sakit gigi. ada-ada saja.

 

“A poem should not mean
But be”
– Archibald MacLeish

 

– pertama kali diterbitkan di sini