hujan turun begitu
sembrono:
sore ini, hampir setengah
enam
tumpah begitu saja
seperti air dari gelas
yang tersikut lengan
mengguyur catatan harian
tentang senja yang tak
kunjung terbenam
sore ini, hampir setengah
enam
hujan turun begitu sembrono:
kuyup aku, cari horison di
penghujung angan
Like this:
Like Loading...
Related
Published by violeteye
Gratiagusti Chananya Rompas was born in Jakarta, 19 August 1979. She studied English Literature in Universitas Indonesia, Depok (2003) and received her masters in The Gothic Imagination from University of Stirling, Scotland (2005).
She is one of the founders of Komunitas BungaMatahari, a mailing list-based Indonesian poetry community that have embraced many poetry enthusiasts with its catchphrase “semua bisa berpuisi” or, roughly translated, “poetry for all”. She is also involved in Selatan, a literary journal, and Paviliun Puisi, a monthly open mic event--both managed by her and her like-minded friends.
She currently resides in Jakarta, trying to find balance between writing and day-to-day living.
View all posts by violeteye
hmmm….. lama tidak melihat yang bentuk nya seperti ini, cukup nostalgic :D
ada tetes tetes mengetuki bahu dalam gegas
lalu mengusap kemeja dengan gelitik dingin
memindahkan panorama, ke gerbang angan
bagaikan pintu doraemon, memanggili kenangan
hujan hujanan yuk di sini
hihihi.. puisi ini memang terendap selama bertahun-tahun. iya, dari jaman dulu ituh tuh. gila ya – akhirnya baru selesai 2 hari lalu. bener2 salah satu puisi gue yang paling lama masa endapannya.
serius loe ber tahun-tahun? pantesan gua teringat tulisan2 loe tahun 2000-an hehhe
hihihihi.. beneran, ngga bohong deh! :)
dibilangin donk sii hujan… gini-gini….
hujaaan.. janganlah engkau mendera dengan rintikmu…
membuat dingin sekujur tubuh…
menutup mentari di peraduan…
huekekekekek ga bisa bikin….. ternyata…:d
anya aku suka ini!
adalah hujan, sebagaimana tarian
mengguyur ibu
saat memanggil sore
masuk ke jaring kenangan
Kok jadi inget poem k'anya yg hum…titik hujan…di poem itu k'nya menyiratkan kangen ma hujan tanah air. Begitu k'Nya di ina, k'NYa malah bilang hujan sembrono {heheheh..twing-twing…maap-maap} (*^^)
yang penting kan pede dulu.. yang lain ngikut..
wah senang sekali kalau begitu. makasi ya, rin! :)
randu oh randu
kata-katamu selalu
getarkan dawai di hati
liat aja – jadi menye gini gue.. hihihi…
hm, ya gpp juga kan kangen sama hujan yang sembrono? hehe…
memang puisi-puisi yang aku tulis pasti bersumber dari pengalamanku yang kebetulan kamu sedikit banyak tau juga. tapi kalau vera langsung menghubungkan keduanya, takutnya malah jadi membatasi laju sensasi yang mungkin muncul ketika vera membaca, lho.
lagian, kalo memang mau dihubungkan dengan pengalaman pribadi, puisi ini sebenernya dibuat bertahun-tahun yang lalu – jauh sebelum puisi hujan yang vera maksud tadi ditulis. jadi, kedua puisi hujan itu ngga bisa dihubungkan secara kronologi kemunculan mereka di sini.
berarti gw disitu bisa main gitar doonk :d
this is nice..good job..
thanks stephen! :)
mampus keren banget!
bual lugu
aku diam terhuyung di telapak angin
membual dipelana gajah
terkungkung dalam selongsong peluru
tegar diantara semut pengerat mangkuk
ah….
aku hanya ingin membual
membual diantara kesakralan puisi
berbohong diantara kejujuran malaikat
akankah dosa aku menerabas kejumudan diam?
meronta diantara kecipak halilintar?
ah…..
aku hanya ingin membual
membual diantara diriku
dan orang lain yang rela aku pecundangi
tak ada hujan yang tak tak sampai di bumi pertiwi
jadi tolong jangan salahkan hujan
hujan adalah temanku
hujan yang selalu menemaniku dikala sedih
hujan yang selalu membuatku bahagia
aku menyukai hujan yang turun sembrono
Ia membuatku mengguyur catatan harian dengan pena
untuk hujan yang turun sembrono
untuk hujan yang turun kurus merintik
semuanya sama meinspirasiku
ia melahirkan tanah basah
yang menguapkan wangi tanah
dan merentaskan kabut
yang tak selamanya singgah
lalu sebagaimanapun aku berusaha tidak membenci hujan, ia selalu datang membawa muram.
karena pelangi itu tak akan pernah muncul, kecuali aku melihat genangan air lekat-lekat.
lo tau nggak puisi lo itu membangkitkan getar getar, yang gua juga bingung getar apa ,mungkin getar listrik tapi ada hujan kesetrum dong he he he
nice