dan di depan pintunya, ketika
angin mengusir siang dan mengundang gigil,
remah roti yang terakhir
j
a
t
u
h
.
mungkin ini semacam pertanda
~
pada suatu hari,
aku menemukannya di dekat sebuah air mancur
berdiri seperti markas penyihir berhias kembang gula
lalu menggodaku, “mari sini,
singgah barang sebentar.”
entah karena lelah,
atau terlalu terpesona,
atau memang cerdik,
aku cuma bisa diam
melihat puluhan hansel dan gretel
memesan anggur dan sepiring kue orang orangan jahe.
ah, alangkah bahagianya
ketika tahu tungku penyihir mendidih di kesunyian dapur
sementara gergasi, kurcaci dan tentara mainan selalu berkata
“nanti…”
karena cerita belum saatnya berakhir dan nenek sihir
belum boleh berkata jampi.
~
apakahrahasiaapakahbahagiaapakahpertanda
lebur jadi sunyi jadi
sorak sorai jadi
api jadi
mati
jadi
ja
di
j
a
d
i
—selesai 25 agustus 2008 (setelah setahun mendekam bersama debu, with a little help from MJ)
your font is to small
to comprehend behind the wall
jadi – enggak – jadi -enggak – jadi
tokekku mati
sebelum jawaban yang aku nanti
jadi?
mungkin semua itu
hanya
jadi
jadi
an.
si
luman.
luman anak pak lurah.
yang menunggu lilin menyala merah.
kalo mati
babi
jadi
orang
lagi.
jadi
jadi
an
lagi.
kobaran api
mati
jadi
jampi
i feel like i want to be a part of this
but my thoughts can't seize
so my heart won't speak
for you to see I'm weak
my world is too small
for them to comprehend
nggak
jadi jawaban
yang nggak
aku nanti
lalu menggodamu, “takut mati?”
lalu, buat apa segudang puisi
dalam hati?
melihat puluhan ritchie dan ratusan zombie
merindukan natalie menyanyi sepotong
machado
huruf-huruf yang terlalu kecil itu
adalah tattoo
adalah aku
adalah
…
.
aduh..
hilang kata.
kata hilang.
aduh..
wush!
maka
jadilah!
nice poem…